Titik Panas Riau Turun Drastis, BMKG Imbau Waspada Cuaca Ekstrem

Hotspot Riau turun jadi 62 titik. BMKG prediksi hujan ringan hingga lebat. BNPB minta status dinaikkan jadi tanggap darurat Karhutla.

Titik Panas Riau Turun Drastis, BMKG Imbau Waspada Cuaca Ekstrem
Peta sebaran titik panas (hotspot) di Provinsi Riau per 22 Juli 2025 pukul 23.00 WIB berdasarkan data BMKG. Pelalawan, Rokan Hilir, dan Rokan Hulu tercatat sebagai wilayah dengan jumlah hotspot terbanyak.

TOPIKPUBLIK.COM – PEKANBARU – Jumlah titik panas (hotspot) di Provinsi Riau mengalami penurunan signifikan dan kini tersisa 62 titik. Informasi terkini ini berdasarkan pembaruan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang dirilis pada Senin (22/7) pukul 23.00 WIB. Penurunan ini menjadi sorotan dalam upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah Riau.

Dua hari sebelumnya, Ahad (20/7), jumlah hotspot di Riau sempat melonjak hingga mencapai 586 titik, lalu sedikit menurun pada Senin (21/7) dengan total 582 titik panas. Lonjakan ini menjadikan Riau sebagai provinsi dengan sebaran Karhutla tertinggi di Pulau Sumatera. Situasi tersebut mendorong Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, untuk meminta Pemerintah Provinsi Riau segera menaikkan status dari siaga darurat menjadi tanggap darurat bencana asap dan kebakaran hutan.

Berdasarkan distribusi geografis, sebaran hotspot terbanyak terdeteksi di Kabupaten Pelalawan, Rokan Hilir, dan Rokan Hulu, masing-masing dengan 14 titik panas. Sementara wilayah lain seperti Kabupaten Kampar mencatatkan 5 titik, Siak 6 titik, dan Kabupaten Kepulauan Meranti sebanyak 3 titik. Selain itu, titik panas juga terpantau di Kota Dumai (3), Kota Pekanbaru (2), serta Kabupaten Indragiri Hilir (1). Sebaran ini mengindikasikan perlunya penguatan patroli darat dan udara pada daerah rawan Karhutla.

Secara keseluruhan, jumlah hotspot di Pulau Sumatera pada hari yang sama tercatat sebanyak 451 titik panas. Provinsi Jambi menempati urutan tertinggi dengan 110 titik, diikuti Bangka Belitung dengan 90 titik, dan Riau di posisi ketiga dengan 62 titik. Data ini menegaskan bahwa wilayah Sumatera masih menjadi episentrum potensi Karhutla nasional, khususnya di musim kemarau pertengahan tahun.

Sementara itu, prakiraan cuaca BMKG menunjukkan adanya potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang di sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Riau. Pada pagi hari, hujan berpotensi mengguyur wilayah Kabupaten Indragiri Hilir, Bengkalis, Siak, Kampar, dan Kota Dumai. Sedangkan pada siang hingga malam hari, potensi hujan menyebar ke Indragiri Hulu, Kuantan Singingi, dan Pelalawan. Kondisi ini diharapkan mampu meredam titik api dan membantu menurunkan risiko penyebaran asap.

Forecaster on duty BMKG Stasiun Pekanbaru, Yudhistira M., mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang disertai petir dan angin kencang, khususnya pada malam hingga dini hari. Wilayah yang perlu mendapat perhatian lebih antara lain Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir, yang kerap menjadi lokasi awal penyebaran Karhutla.

Untuk suhu udara, wilayah Riau diperkirakan berada di kisaran 23,0 hingga 35,0 derajat Celsius, dengan tingkat kelembapan udara antara 45 hingga 97 persen. Angin bertiup dari arah tenggara hingga barat dengan kecepatan 10–30 kilometer per jam. Sementara itu, tinggi gelombang laut di perairan Riau berkisar antara 0,5 hingga 1,25 meter, tergolong dalam kategori rendah, sehingga relatif aman untuk aktivitas pelayaran lokal dan patroli laut antisipasi Karhutla dari sektor pesisir.

Penurunan jumlah titik panas ini menjadi sinyal positif bagi pengendalian bencana asap di Riau, namun tetap memerlukan kewaspadaan tinggi dari seluruh pemangku kepentingan. Sinergi antara pemerintah daerah, TNI-Polri, relawan, dan masyarakat diharapkan terus diperkuat guna mencegah kembali melonjaknya angka Karhutla dalam beberapa pekan ke depan.