Tegak Payung Panji Adat, LAMR Kukuhkan Marwah Melayu Riau
LAMR Riau gelar prosesi Tegak Payung Panji Adat di Pekanbaru. Tradisi sakral ini tegaskan marwah, jati diri, dan arah budaya Melayu Riau ke depan.

TOPIKPUBLIK.COM – PEKANBARU – Sabtu pagi, 14 Juni 2025, halaman Balai Adat Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Provinsi Riau menjadi saksi bisu dari sebuah prosesi adat sakral yang penuh khidmat dan sarat makna. Menjelang dibukanya Musyawarah Kerja (Musker) LAMR, terlebih dahulu dilangsungkan prosesi Tegak Payung Panji Adat, suatu ritus adat Melayu Riau yang tak hanya menyimbolkan marwah, tetapi juga menjadi peneguhan jati diri budaya Melayu di bumi Lancang Kuning.
Langit pagi masih teduh saat prosesi adat dimulai. Lantunan ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan Tuan Hasbi Ashydiqi membuka suasana dengan kekhusyukan yang mendalam. Perlahan, para penjawat adat mulai bergerak mengikuti ritme sakral. Prosesi ini dipimpin oleh Tuan Imam Datuk Rahmad Khaidir dan Tuan Kadam Datuk Monda Gianes, didampingi tujuh penjawat adat lainnya. Mereka semua merupakan utusan adat yang mengemban amanah langsung dari pucuk pimpinan LAMR: Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) Datuk Seri H. Raja Marjohan Yusuf dan Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (DPH) Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil.
Dengan penuh takzim, para penjawat adat menegakkan payung panji adat Melayu Riau. Bukan sekadar menaikkan bendera atau membentangkan kain lambang, tetapi mengangkat nilai, martabat, dan identitas kultural masyarakat Melayu yang diwariskan secara turun-temurun. Prosesi ini menghidupkan kembali semangat adat yang mengakar kuat di tengah masyarakat Riau.
Di halaman Balai Adat LAMR, iringan suara nafiri menyambut langkah para penjawat adat. Seekor kambing disembelih, sebagai bagian dari ritual adat yang melambangkan niat suci dan ketulusan pengorbanan. Dalam kesederhanaan prosesi tersebut, adat hidup dan berdenyut—dalam simbol, dalam tindakan, dan dalam makna.
Empat warna panji dikibarkan dalam prosesi Tegak Payung Panji Adat Melayu Riau ini, masing-masing mengandung nilai simbolik yang mendalam:
-
Putih, melambangkan kesucian niat, kejernihan tujuan, dan ketulusan langkah.
-
Kuning, menjadi simbol kemuliaan, kehormatan, dan kebesaran adat Melayu.
-
Merah, menggambarkan keberanian dalam mempertahankan martabat dan harga diri adat.
-
Hijau, perlambang kesuburan, kehidupan, dan keberlanjutan masyarakat adat.
Sementara itu, payung berwarna hitam berdiri tegak sebagai simbol kekuatan, perlindungan, dan naungan adat yang menaungi seluruh lapisan masyarakat adat Melayu.
Bukan hanya di Pekanbaru. Dalam momentum bersejarah ini, panji-panji adat Melayu Riau juga ditegakkan secara serentak oleh seluruh Ketua MKA dan DPH LAMR di tingkat kabupaten dan kota se-Riau. Ini adalah gema kebersamaan, wujud tekad kolektif, dan sinyal kuat bahwa masyarakat adat Melayu Riau tetap satu dalam semangat: menjaga, merawat, dan memperkuat warisan budaya dan jati diri Melayu.
Ketua Umum DPH LAMR, Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil, menegaskan bahwa prosesi ini bukanlah seremoni biasa. “Tegak Payung Panji Adat adalah pernyataan tegas bahwa nilai-nilai adat Melayu Riau tetap hidup, tumbuh, dan relevan di tengah tantangan zaman. Ini bukan hanya simbol, tapi arah perjuangan,” ungkapnya.
Lebih jauh, ia menyampaikan bahwa prosesi ini menandai perjalanan budaya yang terus berpijak pada akar kuat. “Adat adalah payung tempat kita berteduh. Di bawah panji yang kita tegakkan hari ini, tersimpan amanah, tanggung jawab, dan tekad kita untuk menjaga marwah, hak, serta jati diri sebagai masyarakat adat Melayu Riau,” tegas Datuk Seri Taufik.
Di tengah derasnya arus globalisasi dan modernitas, LAMR meneguhkan kembali peran strategisnya sebagai benteng budaya Melayu Riau. Prosesi Tegak Payung Panji Adat ini bukan hanya ritual, tetapi pernyataan sikap: bahwa identitas Melayu tidak akan pudar, melainkan terus ditegakkan, diperjuangkan, dan diwariskan. Dari halaman Balai Adat hingga ke seluruh penjuru Riau, marwah Melayu kembali bersinar.